Sebuah Dilema

     Tahun ajaran 2013/2014 adalah tahun dimana sebuah dilema yang saya alami sepanjang hidup, dilema demi dilema saya alami pada tahun tersebut.
      Dilema yang pertama yaitu aku dihadapakan dalam 2 kondisi yakni memilih melanjutkan studi ke ma'had dan universitas, tentunya disetiap pilihan ada resikonya masing-masing namun seiring berjalannya waktu, sayapun memutuskan untuk melanjutkan studi ke universitas. Sebagai jalan tengah antara kemauan orang tua dan saya, akhirnya saya memilih universitas yang berlabel islam sesuai anjuran sang bunda mungkin beliau menganggap kalau universitas yang berlabel islam akan lebih aman bagi saya.
     Hari berganti hari, akhirnya aku lulus dari madrasah aliyah, secepat mungkin aku mempersiapkan diri untuk mendaftar pada universitas yang sudah saya rencanakan sebelumnya. Setelah beberapa hari mengikuti tes, akhhhh!!! Aku lulus pada universitas yang tidak aku targetkan, hatiku bercampur sedih dan bahagia, aku bahagia karena bisa lulus dalam SBMPTN, Aku sedih karena tidak lulus pada universitas yang aku tuju. beberapa hari aku termenung tidak tahu arah jalan dan tak bisa bangkit lagi. Apakah aku akan mendaftar lagi atau mengambil universitas tempat aku lulus tersebut? Inilah dilemaku yang ke-2
      Setelah beberapa hari berkonsultasi kepada teman, kerabat, dan orang tua. Akhirnya aku memutuskan untuk pergi merantau ke kota Yogyakarta untuk mendaftar kembali. Disini, aku mendaftar pada universitas negeri yogyakarta dan hasilnya tidak memuaskan memang universitas tersebut tidak cocok dengan keinginanku. Hal itu semua untuk berjaga-jaga apabila nanti aku tidak lulus. Selanjutnya, aku kembali mendaftar di UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA. Setelah mengikuti tes, aku dinyatakan lulus oleh pihak universitas. Namun seperti biasa, aku di bayang-bayangi oleh Dilema. Aku tidak tembus pada jurusan yang aku tuju. jujur waktu pengisian formulir pendaftarn, aku tidak tahu harus mengambil jurusan apa. Itulah dampak keputusan yang diambil secara gegabah sehingga berdampak buruk bagi mentalku sendiri. Walaupun keadaanku seperti itu, saya selalu berkata kepada orang tua bahwa jurusan tersebut bagus meskipun dalam hati kecilku tidak cocok dengan kemauan saya. Semua itu aku lakukan semata-mata untuk tidak mengecewakan mereka karena sudah terlanjur melepas universitas tempat saya lulus sebelumnya, nanggung, aku jalani aja daripada tidak kuliah tahun itu. dengan hati yang berat, aku kuliah sebisanya, agar tidak mengecewakan orang tua yang sudah terlanjur membayar registrasi.
Sampai saat ini, dilema itu masih membayangi aku. Baru pertama kali aku mengalami dilema yang beruntun,rasanya  aku tidak mempunyai masa depan lagi.
Aku kuliah selalu melamun dalam kelas. Ketakutan selalu membayangi aku setiap waktu, rasa pesimis yang tidak kunjung henti, entahlah, ini cobaan atau azab bagi saya, yang jelas ini semua pasti ada hikmahnya seperti nama ibuku "HIKMAH".
Namun satu hal yang paling berkesan dalam hal tersebut, yaitu aku bersyukur mempunyai orang tua yang demoktatis,mereka selalu menssupport aku kemana anaknya akan menentukan pilihan, mereka tidak pernah menjatuhkan aku disaat aku tidak mendapatkan hasil yang memuaskan. Mereka selalu menssupport aku disaat aku putus asa tidak tahu arah jalan. Inilah yang menjadi motivasi saya untuk lebih giat belajar dan ambisi saya apabila kelak saya menjadi sukses, aku ingin mengajak mereka untuk menunaikan ibadah haji.
      Saya menulis blog ini, karena masih minder dengan jurusan ini. Mudah mudahan tahun ajaran baru 2014/2015 nanti, aku akan mendaftar lagi pada universitas yang sama dengan jurusan yang berbeda. Sebenarnya aku berat mengambil keputusan ini karena harus mengulang 1 tahun lagi dan tentunya berimbas kepada keuangan, tetapi akan lebih parah apabila aku tinggal di jurusan yang tidak terlalu aku inginkan. Tidak apalah aku akan ngulang lagi, lebih baik memprbaiki lebih dini daripada nanti sudah semester atas. Mudah-mudahan keputusan yang aku ambil tepat .aaaaamiiiiieeeen

Komentar

Postingan Populer